TfC0TpYpGSYoTfC8GSY8Gpd5Gi==
  • info.senyumanaknegeri@gmail.com
  • +62 857-4115-2955

Menjelajahi Wae Tulu : Kisah Perjalanan Penuh Inspirasi di Flores

(Matahari tenggelam, nampak dari Wae Tulu)

Pada tanggal 13 November 2025, perjalanan kami berlanjut menuju Wae Tulu, sebuah kampung terpencil di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Wae Tulu dikenal sebagai salah satu kampung di Pulau Flores yang belum terjamah listrik negara. Medan menuju Wae Tulu sungguh menguji nyali; jalanan yang kami lalui sangat terjal, menurun tajam lalu mendaki. Namun, tekad kuat untuk bertemu saudara-saudara kami di sana menjadi pemicu semangat, mengusir kekhawatiran yang sempat muncul.

Mendung yang mulai tampak sempat membuat kami cemas. Jika hujan turun, tanah menuju Wae Tulu pasti akan berubah menjadi lumpur lengket, membuat perjalanan menggunakan motor mustahil dilanjutkan. Alhamdulillah, segala kekhawatiran itu tidak terjadi. Cuaca tetap bersahabat, memungkinkan kami mencapai tujuan dengan selamat.

Setibanya di Wae Tulu, kami segera menuju TPQ Nahdalatul Wathan. Di sana, masyarakat telah menanti dan langsung menyambut kedatangan tim "Senyum Anak Negeri" dengan hangat. Suasana penuh keakraban terasa sejak awal, mengobati lelahnya perjalanan yang baru saja kami tempuh.

Setelah saling menyapa dan berdiskusi berbagai hal dengan masyarakat sambil menikmati kopi, kami diantar menuju sebuah lembah yang berjarak sekitar 100 meter. MasyaAllah, kami sangat takjub dengan pemandangan yang tersaji di sana. Wae Tulu sungguh menyimpan kecantikan alami yang memukau. Dari atas lembah, terlihat kemilau lautan yang memesona dengan gugusan pulau-pulau kecil yang berbaris rapi, memanjakan mata siapa pun yang memandangnya.

Pada malam harinya, "Senyum Anak Negeri" melaksanakan agenda utama mereka. Kami menyerahkan satu unit aki untuk mendukung sistem listrik panel surya di Masjid Al Ikhlas, yang merupakan satu-satunya masjid di Wae Tulu. Selain itu, Al-Quran dan buku Iqra juga diserahkan untuk masyarakat. Kegiatan ini berlangsung di Masjid Al Ikhlas, dihadiri oleh para tokoh dan masyarakat setempat, menandakan kebersamaan yang erat.

Kami memutuskan untuk menginap di Wae Tulu dan merasakan langsung keramahan luar biasa dari warganya. Masyarakat berbondong-bondong menemui kami di rumah tempat kami menginap, menjamu dengan berbagai hidangan lezat dan kopi hangat. Kami sangat menghargai setiap tetes air yang disajikan, karena kami tahu, air di Wae Tulu didapatkan dari dasar lembah yang sangat jauh melalui jalan curam.

Keesokan harinya, kami berkesempatan mengunjungi sumber air utama di Wae Tulu. Subhanallah, jalur yang dilalui sungguh terjal dan sangat jauh. Pemandangan para ibu yang menaiki tebing dengan membawa 15 liter air di punggung, ditambah cucian di atas kepala, usai mendapatkan air dari bawah lembah, sungguh menguras emosi.

Kami, yang tanpa membawa beban saja merasakan kelelahan hebat, tak bisa membayangkan perjuangan para ibu tersebut. Mereka bahkan harus beristirahat berkali-kali dalam perjalanan menanjak. Warga Wae Tulu, setidaknya dua kali sehari, harus menempuh perjalanan berat ini untuk mendapatkan air bersih dari bawah lembah. Sebuah perjuangan hidup yang inspiratif dan membuka mata kami akan ketangguhan mereka.

0 Comments

Senyum Anak Negeri

SAN Peduli

Mari bersama ulurkan tangan dan peduli pada saudara kita di pelosok Indonesia yang masih belum merasakan keberuntungan yang sama dengan kita.

Form Donasi

Popup Image